Menjadi
ibu bukan hanya seorang pejuang yang mempertaruhkan nyawa meraih syahid ketika
melahirkan, melainkan juga mendapatkan kedudukan yang luar biasa.
Sampai-sampai, seorang anak yang memiliki ibu kafir tidak memutuskan hubungan
dengan ibunya, selama ibu tidak memaksa pada kekafiran. Begitu indahnya
perintah Allah Swt kepada umatnya untuk berbuat baik kepada ibu. Allah pun
dengan jelas menyatakan bahwa seorang ibu yang patut mendapatkan perlakuan baik
dari anaknya, yaitu yang tidak mempersekutukan Allah.
Allah
juga memberikan ganjaran kepada ibu yang meninggal dunia saat berjuang
melahirkan anaknya setimpal dengan orang yang syahid di jalan Allah. Kemulian
seorang ibu dalam Islam terus berlanjut seiring anak-anak dan ibu dewasa,
karena Al Quran memerintahkan untuk menghormati ibunya meski sudah tua, dan
perintah merendahkan diri di hadapan orang tua dan larangan untuk mengatakan “ah”
kepada mereka. Mahasuci Allah dengan
segala aturan seindah ini.
Allah
juga mengajarkan kepada para anak untuk mendoakan para orangtua, “Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil,” dan doa tersebut
kelak yang akan menjadi teman di alam kubur. Al Quran berkali-kali memerintahkan
umat Islam untuk berbuat baik kepada orang tua, dan berkali-kali pula Al Quran
menekankan perhatiannya kepada ibu. Seperti Firman-Nya “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang
ibu-bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah” (QS Al-Ahqaf, 46:15).
Rasulullah
memberikan pesan kepada umatnya untuk berbakti kepada ibu. Tak ada lagi alasan
bagi para ibu yang bersedih dengan kodratnya sebagai ibu. Bahkan Rasulullah
menyamakan antara berjihad dan berbakti kepada ibu. Sahabat Rasulullah bernama
Sufyan r.a. pernah ditanya seseorang, “Berapa
kali doa yang harus dipanjatkan oleh seseorang untuk kedua orang tuanya?
Sufyan r.a. menjawab, “Saya kira cukup
seandainya ia mendoakan kedua orang tuanya pada akhir tahiyyat shalatnya.”
Menjadi
ibu adalah sebuah pilihan dengan berbagai konsekuensi yang harus dijalani.
Konsekuensi tidak terlepas dari tanggung jawabnya sebagai ibu, mulai dari
masalah rumah tangga, anak juga suami. Apalagi ditambah dengan tanggung jawab
diluar rumah. Dengan berbagi aktifitas yang harus dijalankan oleh seorang ibu
tidak menghentikan potensi yang dimilikinya, dengan berbagai masalah yang
menimpa akan melihat kehebatan ibu sesungguhnya.
Allah
pasti akan memberikan ujian kepada manusia, tinggal bagaimana manusia itu
sendiri bisa lolos dan menyelesaikan dari masalah tersebut tergantung dari
pengetahuan dan kecepatan menemukan solusi. Dengan masalah dan cobaan tersebut
mengantarkan manusia menjadi manusia yang lebih berkualitas.
Banyak
seseorang ibu yang merasa masalahnya sangat berat dan rumit, bahkan kadang ada
pikiran bahwa Allah tidak adil. Padahal jika manusia merasakan nikmat yang
berlimpah, tanpa ujian dan masalah maka kita akan menjadi sombong dan angkuh
karena tidak ada kesempatan untuk mengevaluasi diri. Ada manusia yang hidupnya
dirundung masalah terus menerus, namun ia tetap bisa tenang dan tersenyum
bahagia karena berhasil memandang sebuah masalah menjadi sebuah kenikmatan yang
siap mereka hadapi. Ada juga orang yang bergelimang kenikmatan, namun hidupnya
tidak tenang dan pikirannya selalu digelayuti dengan masalah-masalah. Yang
harus kita pahami, persoalan adalah bagaimana kita menyikapi masalah tersebut.
Begitu
pula dengan ibu, sebagai salah satu fondasi dalam keluarga, masalah apapaun
yang menimpa kita hendaknya dapat disikapi dengan bijaksana. Berbaik sangkalah
kepada Allah Swt. Bahwa Dia tidak
menguji hamba-Nya kecuali untuk menyelipkan hikmah di dalamnya.
Namun
sayang banyak ibu jika ada masalah sedikit stress langsung menyerang. Bahkan
terkadang masalah belum ada tapi ibu sudah stres duluan. Untuk hal ini, ada
beberapa hal agar ibu bisa terhindar dari stres yang mudah singgah:
1. Bersikap
Tenang
Kalimat
ini memang terlihat sangat mudah, tetapi pada praktiknya ibu gampang sekali panik
ketika berhadapan dengan masalah. Kepanikan yang berlebihan itulah yang
akhirnya menimbulkan stress.
2. Jangan
Emosi
Selain
panik, banyak ibu yang mudah sekali emosi. Padahal emosi adalah penyakit yang
ditunggangi setan. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. menyuruh kita untuk
mengambil wudhu ketika hati sedah terpancing emosi. Emosi juga bisa menimbulkan
masalah baru seperti memicu penyakit jantung. Ibu harus pandai mengendalikan
emosi, jangan samai energy terbuang hanya karena tidak bisa menahan emosi atas
sesuatu yang telah terjadi. Karena hati diliputi emosi, akal pun tidak bisa
berpikir, dan solusi tidak bisa ditemukan.
3. Jangan
tergesa-gesa
Jika
seorang ibu sudah panik, dan sudah terbawa emosi, pastilah ia bisa bertindak
gegabah. Padahal, tergesa-gesa juga sifat yang berasal dari setan. Ia akan
menimbulkan kerugian yang membuat kita menyesal. Dan penyesalan tersebut akibat
dari tidak maksimalnya ikhtiar yang kita lakukan.
4. Kembalikan
kepada Allah Swt.
Kemana lagi mengadu
dan meminta selain kepada Allah? Karena hanya Allah yang memiliki sejuta cara
dan Kuasa untuk mrmbantu hamba-Nya yang meminta dengan penuh belas kasihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar